“Kunci keberhasilan dari pelaksanaan
Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) adalah pelatihan, proses lapangan,
dan input”, ujar Masud Rifai, Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi
Lampung pada saat pembukaan pelatihan petugas Sakernas di Kabupaten Way Kanan.
Sakernas merupakan survei yang bertujuan untuk menyediakan data pokok
ketenagakerjaan yang berkesinambungan, (BPS, 2016). Survei ini menjadi
primadona bagi pemerintah untuk pembangunan tenaga kerja karena dirancang
khusus untuk mengumpulkan data yang dapat menggambarkan keadaan umum
ketenagakerjaan antar periode pencacahan. Seperti yang diarahkan oleh Kabid
Statistik Sosial BPS Provinsi Lampung, pelatihan petugas menjadi salah satu
kunci keberhasilan dari pelaksanaan Sakernas 2017 ini.
Petugas Sakernas 2017 di
Kabupaten Way Kanan direkrut dari masyarakat setempat sebanyak 30 orang. Para
petugas dilatih dan diberikan pemahaman mengenai konsep, definisi, dan prosedur
pelaksanaan survei pada saat pelaksanaan pelatihan petugas. Pelatihan ini dilaksanakan
dari tanggal 5 hingga 10 Juli 2017 dengan pembagian dua gelombang, 3 hari untuk
tiap-tiap gelombang. Pelaksanaannya dilakukan di Hotel Bumi Way Kanan yang
berada di kecamatan pemilik tempat wisata Air Terjun Semarang, Baradatu. Proses
pelatihan ini dipandu langsung oleh Kasie Statistik Sosial BPS Kabupaten Way
Kanan, Lisawati, selaku Instruktur Daerah (Inda).
Proses pelatihan menggunakan
metode dua arah sehingga terdapat hubungan timbal balik antara Inda dan peserta
pelatihan. Pelatihan diawali dengan pemberian materi dan pemahaman mengenai
konsep, definisi, dan operasional pelaksanaan Sakernas. Pemahaman diberikan
melaluiu berbagai media, baik berupa tulisan, grafik, maupun video. Setelah
penanaman konsep terhadap peserta pelatihan, diadakan pendalaman materi dengan
pengerjaan soal-soal oleh peserta dan pembahasan yang dilakukan Bersama Inda.
Setelah pemberian materi dan pendalaman, peserta turun ke lapangan untuk
melaksankan try out. Hal ini
bertujuan untuk mempraktekan proses pengumpulan data secara langsung dengan
masyarakat disekitar hotel sebagai responden.
Sayangnya, pelaksanaan pelatihan ini
kurang maksimal karena keterbatasan fasilitas yang ada seperti kurang luasnya
tempat belajar. Hal ini ditemukan pada form
feedback yang diisi oleh peserta pada saat penutupan pelatihan. Walaupun
demekian, diharapkan dengan adanya pelatihan ini, petugas survei dapat memahami
dan menjalankan tugasnya dengan baik di lapangan. Dengan begitu, pelaksanaan
survei akan berhasil sesuai dengan kunci keberhasilan yang telah dipaparkan
oleh Masud.